Seluruh Pimpinan dan Staf Hotel Sarangan Permai Madiun mengucapkan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa, Semoga diampuni semua dosa-dosa kita. "Terima kasih atas kunjungan Anda"

Selasa, 13 Oktober 2009

Penyakit Diabetes Mellitus (DM)



Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.

Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.



Tanda dan Gejala Diabetes Mellitus

Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.

Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua dialami oleh penderita :

1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10.Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis.

· Tipe Penyakit Diabetes Mellitus

1. Diabetes mellitus tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan hormon insulin,dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja.

Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian therapi insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita diebetes tipe_1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit.

2. Diabetes mellitus tipe 2
Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.

Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin, diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan.

· Kadar Gula Dalam Darah

Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL {millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l {milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, Dimana 1 mmol/l = 18 mg/dl.

Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami hyperglycemia apabila kadar gula dalam darah jauh diatas nilai normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal.

Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl.

Banyak alat test gula darah yang diperdagangkan saat ini dan dapat dibeli dibanyak tempat penjualan alat kesehatan atau apotik seperti Accu-Chek, BCJ Group, Accurate, OneTouch UltraEasy machine. Bagi penderita yang terdiagnosa Diabetes Mellitus, ada baiknya bagi mereka jika mampu untuk membelinya.

· Pengobatan dan Penanganan Penyakit Diabetes

Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin (Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga secukupnya serta melakukan pengontrolan menu makanan (diet).

Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.

DM atau diabetes melitus di Indonesia lebih populer dengan sebutan “kencing manis”. Penyakit ini diam-diam sempat menduduki peringkat 5 besar penyakit kelas dunia. Ini bukanlah suatu prestasi yang layak dibanggakan lho… Jenis penyakit ini ada 2 macam, yaitu jenis yang tergantung pada insulin, disebut juga insulin dependent DM dan jenis yang tidak tergantung insulin atau disebut juga non-insulin dependent DM. Sebenarnya jenis lainnya juga ada, namun tidak saya jabarkan di sini.

Bila Anda adalah seorang penderita baru penyakit ini, mungkin Anda akan bertanya-tanya apa dan bagaimana kelanjutan terapinya, akankah menjadi sembuh total seperti sediakala, atau hidup normal kembali suatu saat. Langsung saja kita bahas di sini.

Sebelum kita bahas gejalanya, ada berita bagus buat Anda, barangkali bisa sedikit menghibur : Anda bukanlah satu-satunya orang yang menderita DM. jadi jangan panik.
Bagaimana Terjadinya DM?

Pada orang normal, kira-kira 50% dari jumlah insulin yang diproduksi tubuh dikeluarkan pada saat tubuh beristirahat. Ketika terjadi orang tersebut makan, tubuhnya dengan segera akan merespon dengan mengeluarkan insulin tambahan, yang proses ini disebut sebagai pengeluaran insulin fase 1. Keluarnya insulin ini membantu mengoptimalkan penggunaan nutrisi pada jaringan-jaringan tubuh, menekan produksi gula oleh hati, dan membatasi naiknya kadar gula setelah makan. Fase 2 keluarnya insulin segera menyusul setelahnya, dan terus dikeluarkan sampai kadar gula darah normal kembali.

Pada penyakit Diabetes tipe 2, terjadi gangguan yang progresif antara pengeluaran insulin dan efeknya. Respon insulin fase 1 pada penderita berkurang secara signifikan, sehingga kadar gula - segera setelah - setelah makan akan naik secara bermakna. Akibatnya penggunaan gula oleh jaringan tubuh pun akan terganggu sehingga jaringan tubuh akan kekurangan zat gula. Hal ini akan memacu hati untuk mengeluarkan gula lebih banyak lagi, sehingga memperburuk keadaan.

Perlu diketahui bahwa sumber tenaga bagi tubuh 2 macam, yaitu oksigen dan gula. Oksigen diperankan terutama oleh paru, sehingga orang yang bermasalah dengan paru-parunya (batuk lama, sesak napas, tbc, dll) bisa dipastikan energi dalam tubuhnya tidak baik. Sedangkan gula adalah makanan bagi organ-organ tubuh kita untuk beraktivitas. Lalu timbul pertanyaan, bukankah dengan lebih banyak gula dalam tubuh berarti lebih banyak energi ? Analoginya adalah sebagai berikut. Kita misalkan tubuh kita adalah mesin yang memiliki komponen energi utama bensin dan api dari busi; sementara organ-organ lainnya adalah piston, selang, dan sebagainya. Pembakaran dalam mesin hanya akan jalan kalau dua syarat terpenuhi : ada bensin, dan ada api. Mobil tidak akan bisa jalan kalau tidak ada bensinnya, atau tidak ada businya. Di lain sisi, kebanyakan bensin di ruang pembakaran mesin juga tidak akan membuatnya berjalan dengan smooth. Tingginya kadar gula dalam aliran tubuh bisa diibaratkan ruangan mesin kebanyakan bensin sehingga “kebanjiran”. Mobil hanya bisa bergerak dengan kencang dengan mengangkat bobot ber ton-ton bila bensin dalam ruang pembakaran dalam jumlah yang pas. Apa yang terjadi bila jumlah bahan bakar berlebihan di dalam ruang pembakaran ? Pada mobil akan meletup-letup, terbatuk-batuk, atau bahkan tidak bisa di start. Hal yang sama terjadi pada tubuh manusia bila “kebanjiran” kadar gula pada organ yang seharusnya menggunakannya sebagai bahan bakar, maka gula tersebut tidak akan bisa dipakai. Keadaan kelebihan gula darah yang berkelanjutan akan menyebabkan perlambatan aliran darah karena konsentrasi dan viskositas darah yang meningkat. Keadaan ini (bila berkepanjangan) akan menimbulkan kerusakan beberapa organ vital seperti ginjal, jantung, otak dan retina pada mata. Kerusakan pada ginjal akan menimbulkan gangguan fungsi ginjal hingga akhirnya gagal ginjal; penyumbatan pembuluh darah koroner jantung dan menyebabkan penyakit jantung koroner; penyumbatan pembuluh darah otak yang bisa menyebabkan stroke; dan penyumbatan pembuluh darah pada organ mata dapat mengakibatkan kebutaan. Itu semua adalah sederetan komplikasi yang dapat terjadi pada penderita diabetes. Perlu dicatat, bukan hanya itu saja, masih ada yang lainnya lagi.
Apa Penyebabnya ?

Diabetes Tipe 1 diyakini sebagai suatu penyakit autoimun. Artinya, sistem imunitas tubuh menyerang sel-sel pankreas yang menghasilkan insulin, sehingga rusak. Penyebab lainnya antara lain :
Faktor lingkungan luar, seperti infeksi virus
Faktor ras, paling sering terjadi pada ras non-hispanic keturunan eropa utara, diikuti oleh afrika, amerika, dan paling jarang adalah asia.
Lebih banyak pada laki-laki dari pada wanita.

Sedangkan Diabetes tipe 2 diyakini terkait dengan sistem genetis, yang artinya cenderung untuk diturunkan dalam satu garis keluarga. Sengaja saya beri garis bawah karena hal ini tidak selalu terjadi, sehingga disebut “cenderung”. Faktor lain yang turut berkontribusi adalah :
Tekanan darah tinggi
Kadar lemak darah yang tinggi
Sejarah melahirkan anak yang besar (4,5 kg atau lebih)
Kebiasaan konsumsi makanan berlemak tinggi
Konsumsi alkohol
Gaya hidup yang kurang aktif (lebih banyak duduk, jarang olah raga, dll)
Kegemukan
Faktor usia tua - resiko terkena penyakit diabetes tipe 2 meningkat dengan penuaan, para ahli sepakat mulai usia 45 tahun ke atas.
Dan terakhir ras etnis tertentu seperti asia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar